Ada pepatah berbunyi "Berpikirlah sebelum berbicara," tampaknya harus selalu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali di lingkungan kantor. Sebab, bisa jadi, mengatakan hal yang salah kepada atasanmu akan membahayakan kariermu.
Nah, agar karier kita aman, simak sembilan hal yang tabu kita sampaikan kepada bos kita.
Nah, agar karier kita aman, simak sembilan hal yang tabu kita sampaikan kepada bos kita.
"Saya butuh kenaikan gaji."
Dalam negosiasi gaji, jangan pernah memasukkan topik tentang apa yang kamu butuhkan misalnya karena meningkatnya harga-harga sebagai dampak kenaikan harga BBM.
Atasanmu tidak peduli dengan masalah keuanganmu. Meski demikian, pihak manajemen perusahaan mungkin akan memberikan reward atas kesuksesan dan prestasi kepada para karyawan yang berkinerja baik.
Perlu kamu ingat, permintaan kenaikan gaji harus selalu didukung bukti pencapaianmu selama bekerja di perusahaan. Kamu bisa juga membandingkan prestasimu dengan standar pencapaian yang diraih orang-orang di levelmu.
"Itu tidak mungkin."
Selalu berbicara dengan atasanmu dalam konteks apa saja yang bisa dilakukan. Misalnya, daripada mengatakan, "Kita tidak bisa menyelesaikan proyek ini pada hari Jumat," katakanlah, "Kami pasti bisa menyelesaikan proyek ini pada hari Senin. Atau jika kita mendapat bantuan dari freelancer, kita bisa memenuhi deadline hari Jumat."
Ketika berbicara dengan atasan, berpikirlah dalam kerangka solusi, bukan memfokuskan pembicaraan pada masalah.
"Saya tidak tahan bekerja dengan ____."
Mengeluh tentang kepribadian seorang rekan kerja biasanya mencerminkan bahwa kamu lebih buruk dari pada rekan kerjamu itu. Jangan membuat konflik jenis ini dengan bosmu.
Tentu saja, manajemen tertarik pada masalah yang membahayakan fungsi perusahaan. Jika kamu harus berbicara dengan HRD tentang masalah seperti perilaku rekan kerja yang mengancam, ilegal atau tidak etis, jagalah nada bicaramu dalam konteks profesional dan fokus pada pekerjaan. Jauhkan semua prasangka pribadi.
"Saya ada acara hingga larut malam, dan kurang tidur."
Semangati dirimu. Tutupi kantung matamu dengan concealer tambahan, dan minumlah kopi sebagai 'dopping'. Jagalah batasan untuk berbagi cerita pribadi dengan atasanmu meski hubunganmu dengannya cukup personal. Menjaga hubungan tetap pada konteks profesionalisme akan memudahkan bosmu membahas kesempatan promosi untukmu.
"Tapi saya mengirim email tentang itu minggu lalu."
Mengingatkan atasanmu tentang suatu masalah melalui email tidak lantas membebaskanmu dari semua tanggung jawab. Para atasan membenci sikap "keluar dari pikiran dan tanggung jawab saya". Tetaplah awasi dan bertanggung jawab atas semua masalah penting di bawah job deskmu sampai kamu mendengar pihak manajemen berkata, "Anda tidak perlu khawatir tentang itu lagi."
"Ini bukan salahku."
Apakah kamu seorang anak cengeng atau pekerja profesional? Bertanggungjawablah untuk mengambil langkah perbaikan, bahkan pada masalah yang sekiranya tidak kamu ciptakan.
Dan jika kamu disalahkan atas masalah yang tidak kamu ciptakan tadi, berkata "Apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya?" jauh lebih efektif daripada mengatakan "Ini bukan salahku."
"Saya tidak tahu."
Jika sang bos memintamu menjawab pertanyaan yang tidak dapat kamu jawab, respons yang benar adalah bukan "Saya tidak tahu," tetapi, "Saya akan segera mencari tahu."
"Tapi kami selalu melakukannya dengan cara ini."
Bosmu mungkin baru saja bergabung dengan perusahaan dan ingin menampilkan cara-cara terbaiknya untuk maju. Bos ini mungkin memperkenalkan langkah-langkah baru yang tidak sesuai dengan 'tradisi' perusahaan. Jangan langsung 'membunuh' ide yang dia sampaikan dalam rapat bujeting. Terbukalah terhadap ide-ide baru dan sampaikan gagasanmu secara anggun.
"Biarkan saya mengenalkan Anda dengan ..."
Hindari dorongan untuk bermain mak comblang dengan bosmu yang masih lajang. Potensi risiko jauh melampaui manfaat potensial.
Di tempat kerja modern, struktur hirarkis sering kurang kaku, dan seorang bos akan sering berakhir dalam situasi semisosial dengan para pekerja mereka. Karyawan cerdas akan menarik garis antara sesuatu yang perlu disimpan sendiri dengan yang perlu dibagi dengan atasan. Garis ini juga yang perlu menjadi pertimbangan ketika akan mengundang sang bos sebagai teman di Facebook atau menjadi follower akun twitternya.