Seperti dilansir oleh Vivanews. Temuan ini diperoleh dari hasil kajian Boston Consulting Group terhadap 500 perusahaan.
Lembaga konsultan, Boston Consulting Group (BCG), memperkirakan 50 perusahaan di Asia Tenggara bakal muncul menjadi penguasa baru pasar di kawasannya. Dari jumlah itu, perusahaan asal Indonesia dan Malaysia menjadi penyumbang terbanyak dengan jumlah 12 korporasi.
Dalam laporan The Companies Piloting a Soaring Region yang diperoleh VIVAnews.com, BCG menjelaskan 50 perusahaan tersebut diperoleh dari hasil analisis keragaman geografi dan ekonomi.
BCG sedikitnya mendata sekitar 500 perusahaan yang ada di kawasan Asia Tenggara. BCG kemudian menilai perusahaan dilihat dari kantor pusat dan operasional perusahaan di negaranya, pendapatan tahunan minimal US$500 juta, dan selalu menunjukkan pertumbuhan serta keuntungan yang meningkat.
Penilaian lain melihat dari posisi 5 besar perusahaan di masing-masing wilayah. Serta, potensi untuk berubah menjadi perusahaan multinasional.
Dari kriteria penilaian tersebut, BCG akhirnya memutuskan 50 perusahaan di Asia Tenggara yang dinilai bisa berubah menjadi perusahaan multinasional. Lebih jauh, ke-50 perusahaan ini bisa menjadi pendorong perekonomian di negaranya masing-masing.
Hasilnya, Indonesia dan Malaysia mampu menghasilkan masing-masing 12 perusahaan yang bakal muncul di kancah Asia Tenggara, bahkan dunia.
Kiprah perusahaan dari dua negara itu mengalahkan negara-negara lain yang sebagian besar merupakan anggota ASEAN. Singapura dan Thailand hanya mampu menghasilkan masing-masing 11 calon perusahaan multinasional.
Kiprah lebih sedikit dihasilkan oleh Filipina dan Vietnam. Dua negara ini hanya mampu menelurkan dua perusahaan yang dianggap pantas tampil di pentas regional dan internasional.
Kinerja perekonomian Asia Tenggara belakangan ini, diakui BCG, luput dari perhatian dunia. Masyarakat internasional selama ini hanya terfokus pada India dan China.
Padahal, usai krisis keuangan Asia pada 1997-1998, ekonomi Asia Tenggara telah mengalami pemulihan dan pertumbuhan signifikan. Produk domestik bruto (PDB) Filipina dan Singapura telah pulih sepenuhnya pada 1999.
Sementara itu, ekonomi Malaysia, Thailand, dan Indonesia telah kembali ke level sebelum krisis tersebut menerjang hanya dalam kurun waktu 5 tahun.
Saat ini, PDB kawasan Asia Tenggara tercatat mencapai US$3 triliun. Angka yang lebih besar dari Brasil dan Rusia. Sejak 2005 hingga 2010, pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara sudah mencapai lebih dari 7 persen per tahun.
Kini, rata-rata pendapatan per kapita masyarakat di Asia Tenggara juga telah naik mendekati level US$5.500.
Dalam laporan The Companies Piloting a Soaring Region yang diperoleh VIVAnews.com, BCG menjelaskan 50 perusahaan tersebut diperoleh dari hasil analisis keragaman geografi dan ekonomi.
BCG sedikitnya mendata sekitar 500 perusahaan yang ada di kawasan Asia Tenggara. BCG kemudian menilai perusahaan dilihat dari kantor pusat dan operasional perusahaan di negaranya, pendapatan tahunan minimal US$500 juta, dan selalu menunjukkan pertumbuhan serta keuntungan yang meningkat.
Penilaian lain melihat dari posisi 5 besar perusahaan di masing-masing wilayah. Serta, potensi untuk berubah menjadi perusahaan multinasional.
Dari kriteria penilaian tersebut, BCG akhirnya memutuskan 50 perusahaan di Asia Tenggara yang dinilai bisa berubah menjadi perusahaan multinasional. Lebih jauh, ke-50 perusahaan ini bisa menjadi pendorong perekonomian di negaranya masing-masing.
Hasilnya, Indonesia dan Malaysia mampu menghasilkan masing-masing 12 perusahaan yang bakal muncul di kancah Asia Tenggara, bahkan dunia.
Kiprah perusahaan dari dua negara itu mengalahkan negara-negara lain yang sebagian besar merupakan anggota ASEAN. Singapura dan Thailand hanya mampu menghasilkan masing-masing 11 calon perusahaan multinasional.
Kiprah lebih sedikit dihasilkan oleh Filipina dan Vietnam. Dua negara ini hanya mampu menelurkan dua perusahaan yang dianggap pantas tampil di pentas regional dan internasional.
Kinerja perekonomian Asia Tenggara belakangan ini, diakui BCG, luput dari perhatian dunia. Masyarakat internasional selama ini hanya terfokus pada India dan China.
Padahal, usai krisis keuangan Asia pada 1997-1998, ekonomi Asia Tenggara telah mengalami pemulihan dan pertumbuhan signifikan. Produk domestik bruto (PDB) Filipina dan Singapura telah pulih sepenuhnya pada 1999.
Sementara itu, ekonomi Malaysia, Thailand, dan Indonesia telah kembali ke level sebelum krisis tersebut menerjang hanya dalam kurun waktu 5 tahun.
Saat ini, PDB kawasan Asia Tenggara tercatat mencapai US$3 triliun. Angka yang lebih besar dari Brasil dan Rusia. Sejak 2005 hingga 2010, pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara sudah mencapai lebih dari 7 persen per tahun.
Kini, rata-rata pendapatan per kapita masyarakat di Asia Tenggara juga telah naik mendekati level US$5.500.